1. INKUIRI
Metode inkuiri adalah metode pembelajaran dimana
siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses penemuan, penempatan siswa lebih
banyak belajar sendiri serta mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah.
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara –cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secaraindividual maupun kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan (Ahmadi, 2005 : 52)
Proses inquiri adalah suatu proses khusus untuk meluaskan pengetahuan melalui penelitian. Oleh karena itu metode inquiri kadang-kadang disebut juga metode ilmiahnya penelitian. Metode inquiri adalah metode belajar dengan inisiatif sendiri, yang dapat dilaksanakan secara individu atau kelompok kecil. Situasi inquiri yang ideal dalam kelas matematika terjadi, apabila murid-murid merumuskan prinsip matematika baru melalui bekerja sendiri atau dalam grup kecil dengan pengarahan minimal dari guru. Peran utama guru dalam pelajaran inquiri sebagai metoderator (Sutrisman, Tambunan, 1987 : 6.39).
Metode inquiri pmerupakan metode pengajaran yang berusaha meletakan dasar dan mengembangkan cara befikir ilmiah. Dalam penerapan metode ini siswa dituntut untuk lebih banyak belajar sendiri dan berusaha mengembangkan kreatifitas dalam pengembagnaan masalah yang dihadapinya sendiri. Metode mengajar inquiri akan menciptakan kondisi belajar yang efektif dan kundusif, serta mempermudah dan memperlancar kegiatan belajar mengajar (Sudjana, 2004 : 154).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode inquiri dalam penelitian ini adalahsuatu teknik instruksional dalam proses belajar mengajar siswa diharapkan pada suatu masalah, dan tujuan utama menggunakan metode inquiri adalah membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan penemuan ilmiah.
Sedangkan asumsi-asumsi yang mendasari metode inquiri adalah sebagai berikut :
- Keterampilan berpikir kritis dan berpikir dedukatif sangat diperlukan pada waktu mengumpulkan evidensi yang dihubungkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan oleh kelompok
- Keuntungan para siswa dari pengalaman-pengalaman kelompok di mana mereka berkomunikasi, berbagai tanggung jawab dan bersama-sama mencari pengetahuan.
- Kegiatan-kegiatan belajar yang disajikan dalam semangat berbagi inquri menambah motivasi dan memajukan partisipasi aktif (Hamalik, 2003 : 64).
SYARAT – SYARAT PENERAPAN METODE INKUIRI
Adapun
syarat-syarat penerapan metode inquiri adalah :
- Merumuskan topik inquiri dengan jelas dan bermanfaat bagi siswa
- Membentuk kelompok yang seimbangn, baik akademik maupun sosial
- Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok-kelompok dengan cara yang responsif dan tepat waktunya.
- Sekali-kal perlu intervensi oleh guru agar terjadi interaksi antarpribadi yang sehat dan demi kemajuan tugas.
- Melaksanakan penilaian terhadap kelompok, baik terhadap kemajuan kelompok maupun terhadap hasil-hasil yang dicapai (Hamalik, 2004 : 65).
Sedangkan menurut pendapat Sudjana (2004 : 155) dalam
menerapkan metode inquiri ada beberapa tahapan yaitu :
- Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa
- Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis
- Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis
- Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi
- Mengaflikasikan kesimpulan/generalissi dalam situasi baru.0
Penerapan
metode inquiri dalam proses belajar mengajar menuntut keaktifan siswa dalam
belajar individu, maupun kelompok. Mereka harus memahami dan menyelesaikan
soal-soal yang terkait dengan himpunan bagian.
KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN
a.
Kelebihan Metode Inquiri
- Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berfikir sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuan untuk hasil akhir
- Perkembangan cara berfikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan menyimpulkan / memperoses keterangan dengan metode inquiri dapat dikembangkan seluas-luasnya
- Dapat melatih anak untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi.
b.
Kelemahan metode inquiri
- Belajar mengajar dengan metode inquiri memerlukan kecerdasarn anak yang tinggi. Bila anak kurang cerdas, hasilnya kurang efektif
- Metode inquri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda, misalnya anak SD.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap metode mempunyai
kelebihan dan kekurangan tetapi semua itu dapat diatasi dengan baik jika
seorang guru kreatif dalam menggunakannya dan siswa akan terlihat aktif dalam
proses belajar mengajar. Metode Inkuiri
Metode inquiry
yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi
belajar dan sikap anak terhadap Sains dan Matematika (Haury, 1993). Dalam
makalahnya Haury menyatakan bahwa metode inquiry membantu perkembangan antara
lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary
dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan
bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
dalam Sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.
Metode inquiry
merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir
ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak
belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa
benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam
pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.
Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk
dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih
oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa
dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih
diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah
harus dikurangi (Sagala, 2004).
Walaupun dalam
praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada
situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan
metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student
Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of
Resources (Garton, 2005).
Question.
Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah
pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman
siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang
dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh
siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang
harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini – sesuai dengan Taxonomy
Bloom – siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi,
sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak
dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau
dikonstruksi.
Student
Engangement. Dalam metode inquiry,
keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah
sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan
pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan
dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman
siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
Cooperative
Interaction. Siswa diminta untuk
berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan
berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari
permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin
saja semua jawaban benar.
Performance
Evaluation. Dalam menjawab permasalahan,
biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan
pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini
dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui
produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
Variety
of Resources. Siswa
dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website,
televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.
Dalam
proses belajar mengajar dengan metode inkuiri terbimbing, siswa dituntut untuk
menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk seperlunya dari seorang guru.Petunjuk-petunjuk
itu pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing (Wartono
1999). Selain pertanyaan-pertanyaan, guru juga dapat memberikan
penjelasan-penjelasan seperlunya pada saat siswa akan melakukan percobaan,
misalnya penjelasan tentang cara-cara melakukan percobaan.
Metode inkuiri terbimbing biasanya digunakan bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan menggunakan metode inkuiri. Pada tahap permulaan diberikan lebih banyak bimbingan, sedikit demi sedikit bimbingan itu dikurangi seperti yang dikemukakan oleh (Hudoyono 1979) bahwa dalam usaha menemukan suatu konsep siswa memerlukan bimbingan bahkan memerlukan pertolongan guru setapak demi setapak. Siswa memerlukan bantuan untuk mengembangkan kemampuannya memahami pengetahuan baru. Walaupun siswa harus berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi tetapi pertolongan guru tetap diperluk
Metode inkuiri terbimbing biasanya digunakan bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan menggunakan metode inkuiri. Pada tahap permulaan diberikan lebih banyak bimbingan, sedikit demi sedikit bimbingan itu dikurangi seperti yang dikemukakan oleh (Hudoyono 1979) bahwa dalam usaha menemukan suatu konsep siswa memerlukan bimbingan bahkan memerlukan pertolongan guru setapak demi setapak. Siswa memerlukan bantuan untuk mengembangkan kemampuannya memahami pengetahuan baru. Walaupun siswa harus berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi tetapi pertolongan guru tetap diperluk
2.CTL ( Contextual
Teaching and Learning )
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran
yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar
dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan
yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
masyarakat.
Rasional
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan
sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu
mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta.
Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat
pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan
tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut
pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Pemikiran Tentang Belajar
Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi
pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar;
anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan
yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai
pembelajar; tugas guru mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan
pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan
belajar. Pentingnya lingkungan belajar; siswa bekerja dan belajar secara
di panggung guru mengarahkan dari dekat.
Hakekat
Komponenpembelajaranyangefektifmeliputi:
Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik
oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara
berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya
jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa
dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/
konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis,
kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya
jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan.
Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau
komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan
gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau
kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas
sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat.
Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja
agar siswa dapat mencontoh, belajr atau melakukan sesuatu sesuai dengan model
yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara
belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi
atau melalui media cetak dan elektronik.
Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian,
kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah
diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan
penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa
yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran
siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
Penilaian otentik, prosedur penilaian yang
menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata.
Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa
agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhr
periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya
dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.
Penerapan CTL dalam pembelajaran
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan engkonstruksi sendiri
pengetahuan dan ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk
semua toipik. Kembangkan sifat keingin tahuan siswa dengan cara bertanya.
Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model
sebagai contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan.
Lakukan penilaian otentik yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa
3.
CERAMAH
Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan
dan penuturan secara lisan. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan
uraiannya, pengajar dapat menggunakan alat bantu seperti gambar-gambar. Tetapi
metode utama, berhubungan antara pengajar dengan pembelajar ialah berbicara.
Peranan dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat
pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh pengajar.
Ceramah wajar dipergunakan
1. Kalau pengajar akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau pendapat dan tidak, terdapat bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat yang dimaksud.
2. Kalau pengajar harus menyampaikan fakta kepada pembelajar yang besar jumlahnya atau karena besarnya kelompok pendengar sehingga metode-metode yang lain tidak mungkin dapat dipergunakan.
3. Kalau pengajar adalah pembicara yang bersemangat dan akan rnerangsang pembelajar untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan.
Dalam metode Ceramah Organisasi kelas sederhana
Dengan ceramah, persiapan satu-satunya bagi pengajar adalah buku catatanya. Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil berdiri atau kadang-kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas, jika dibandingkan dengan metode demonstrasi di mana pengajar harus membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi kelas dan sebagainya.
Kelemahan metode ceramah
1. Pengajar tak dapat mengetahui sampai di mana pembelajar telah mengerti pembicaraannya. Kadang-kadang pengajar beranggapan bahwa bila pembelajar duduk diam mendengarkan atau sambil mengangguk-anggukkan kepala, berarti pembelajar telah mengerti. Padahal anggapan tersebut sering meleset; walaupun, pembelajar menunjukkan reaksi seolah-olah mengerti, akan tetapi pengajar tidak mengetahui sejauh mana penguasaan pembelajar terhadap pelajaran itu. Oleh karena itu segera setelah ia berceramah, harus diadakan evaluasi, misalnya dengan tanyajawab
2. Kata-kata yang diucapkan pengajar, ditafsirkan lain oleh pembelajar. Dapat terjadi bahwa pembelajar niemberikan pengertian yang berlainan dengan apa yang dimaksud oleh pengajar. Kiranya perlu kita sadari bahwa tidak ada arti yang mutlak bagi setiap kata tertentu. Kata kata yang diucapkan hanyalah bunyi yang disetujui penggunaanya dalam suatu masyarakat untuk mewakili suatu pengertian. Misalnya: kata modul, bagi mahasiswa UT, pengertiannya adalah salah satu bentuk bahan belajar yang berujud buku materi pokok. Sedangkan bagi-para astronot, modul diartikan sebagai salah satu komponen dari pesawat luar angkasa.
Itulah sebabnya maka setiap anak harus membentuk perbendaharaan bahasanya berdasarkan pengalaman hidupnya sehari-hari. Selama ada persamaan pendapat antar pembicara dengar pendengar untuk mengerti maksud pembicara.
Bila pengajar menggunakan kata-kata yang abstrak seperti “kepribadian”, “kesusialaan”, “keadilan”, mungkin bagi setiap anak pengertiannya tidak sama atau sangat kabur untuk mengartikan kata-kata itu. Lebih-lebih lagi bila kata-kata itu dirangkaikan dalam suatu kalimat, akan semakin banyaklah kemungkinan salah tafsir arti pembicaraan pengajar. Itulah sebabnya seringkali pembelajar sama sekali tidak sapat memperoleh pengertian apapun dari pembicaraan pengajar. Maka bila pengajar ingin menjelaskan sesuatu yang kiranya masih asing bagi anak, pengajar dapat menyertakan peragaan dalam ceramahnya. Peragaan tersebut dapat berbentuk benda yang sesungguhnya, model-model dari benda, menggambarkan dengan bagan atau diagram di papan tulis
Batas batas kemungkinan metode ceramah
1. Pengajar tidak dapat mengetahui sampai di mana murid telah mengerti (memahami) yang telah dibicarakan.
2. Pada pembelajar dapat terbentuk konsep yang lain dari pada kata-kata yang dimaksudkan oleh pengajar tersebut.
Bagaimana mempersiapakan ceramah yang berdaya guna?
Langkah-langkah di bawah ini pada umumnya merupakan langkah yang dapat mempertinggi hasil metode ceramah.
a. Rumuskan tujuan khusus yang hendak dipelajari oleh pembelajar.
b. Setelah menetapkan tujuan, hendaklah diselidiki apakah .metode ceramah benar-benar merupakan metode yang sangat pada tempatnya.
c. Susuanan bahan ceramah yang benar-benar perlu diceramahkan.
d. Pengertian yang dapat dijelaskan dengan alat atau dengan uraian yang tertentu harus ditetapkan sebelumnya.
e. Tangkaplah perhatian siswa dan arahkan pada pokok yang akan diceramahkan.
f. Kemudian usahakan menanam pengertian yang jelas. Hal ini biasa dilaksanakan dengan melalui beberapa jalan misalnya : Pertama, pengajar memberikan ikhtisar ringkas mengenai pokok-pokok yang akan diuraikan. Kedua, pengajar menguraikan pokok tersebut dan akhirnya menyimpulakan pokok-pokok penting dalam pembicaraan itu.
g. Adakan rencana penilaian. Teknik evaluasi yang wajar digunakan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan khusus itu perlu ditetapkan
Ceramah wajar dipergunakan
1. Kalau pengajar akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau pendapat dan tidak, terdapat bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat yang dimaksud.
2. Kalau pengajar harus menyampaikan fakta kepada pembelajar yang besar jumlahnya atau karena besarnya kelompok pendengar sehingga metode-metode yang lain tidak mungkin dapat dipergunakan.
3. Kalau pengajar adalah pembicara yang bersemangat dan akan rnerangsang pembelajar untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan.
Dalam metode Ceramah Organisasi kelas sederhana
Dengan ceramah, persiapan satu-satunya bagi pengajar adalah buku catatanya. Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil berdiri atau kadang-kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas, jika dibandingkan dengan metode demonstrasi di mana pengajar harus membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi kelas dan sebagainya.
Kelemahan metode ceramah
1. Pengajar tak dapat mengetahui sampai di mana pembelajar telah mengerti pembicaraannya. Kadang-kadang pengajar beranggapan bahwa bila pembelajar duduk diam mendengarkan atau sambil mengangguk-anggukkan kepala, berarti pembelajar telah mengerti. Padahal anggapan tersebut sering meleset; walaupun, pembelajar menunjukkan reaksi seolah-olah mengerti, akan tetapi pengajar tidak mengetahui sejauh mana penguasaan pembelajar terhadap pelajaran itu. Oleh karena itu segera setelah ia berceramah, harus diadakan evaluasi, misalnya dengan tanyajawab
2. Kata-kata yang diucapkan pengajar, ditafsirkan lain oleh pembelajar. Dapat terjadi bahwa pembelajar niemberikan pengertian yang berlainan dengan apa yang dimaksud oleh pengajar. Kiranya perlu kita sadari bahwa tidak ada arti yang mutlak bagi setiap kata tertentu. Kata kata yang diucapkan hanyalah bunyi yang disetujui penggunaanya dalam suatu masyarakat untuk mewakili suatu pengertian. Misalnya: kata modul, bagi mahasiswa UT, pengertiannya adalah salah satu bentuk bahan belajar yang berujud buku materi pokok. Sedangkan bagi-para astronot, modul diartikan sebagai salah satu komponen dari pesawat luar angkasa.
Itulah sebabnya maka setiap anak harus membentuk perbendaharaan bahasanya berdasarkan pengalaman hidupnya sehari-hari. Selama ada persamaan pendapat antar pembicara dengar pendengar untuk mengerti maksud pembicara.
Bila pengajar menggunakan kata-kata yang abstrak seperti “kepribadian”, “kesusialaan”, “keadilan”, mungkin bagi setiap anak pengertiannya tidak sama atau sangat kabur untuk mengartikan kata-kata itu. Lebih-lebih lagi bila kata-kata itu dirangkaikan dalam suatu kalimat, akan semakin banyaklah kemungkinan salah tafsir arti pembicaraan pengajar. Itulah sebabnya seringkali pembelajar sama sekali tidak sapat memperoleh pengertian apapun dari pembicaraan pengajar. Maka bila pengajar ingin menjelaskan sesuatu yang kiranya masih asing bagi anak, pengajar dapat menyertakan peragaan dalam ceramahnya. Peragaan tersebut dapat berbentuk benda yang sesungguhnya, model-model dari benda, menggambarkan dengan bagan atau diagram di papan tulis
Batas batas kemungkinan metode ceramah
1. Pengajar tidak dapat mengetahui sampai di mana murid telah mengerti (memahami) yang telah dibicarakan.
2. Pada pembelajar dapat terbentuk konsep yang lain dari pada kata-kata yang dimaksudkan oleh pengajar tersebut.
Bagaimana mempersiapakan ceramah yang berdaya guna?
Langkah-langkah di bawah ini pada umumnya merupakan langkah yang dapat mempertinggi hasil metode ceramah.
a. Rumuskan tujuan khusus yang hendak dipelajari oleh pembelajar.
b. Setelah menetapkan tujuan, hendaklah diselidiki apakah .metode ceramah benar-benar merupakan metode yang sangat pada tempatnya.
c. Susuanan bahan ceramah yang benar-benar perlu diceramahkan.
d. Pengertian yang dapat dijelaskan dengan alat atau dengan uraian yang tertentu harus ditetapkan sebelumnya.
e. Tangkaplah perhatian siswa dan arahkan pada pokok yang akan diceramahkan.
f. Kemudian usahakan menanam pengertian yang jelas. Hal ini biasa dilaksanakan dengan melalui beberapa jalan misalnya : Pertama, pengajar memberikan ikhtisar ringkas mengenai pokok-pokok yang akan diuraikan. Kedua, pengajar menguraikan pokok tersebut dan akhirnya menyimpulakan pokok-pokok penting dalam pembicaraan itu.
g. Adakan rencana penilaian. Teknik evaluasi yang wajar digunakan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan khusus itu perlu ditetapkan
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini
senantiasa bagus bila pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung
alat dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunannya.
Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh
setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa
pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru atau pun
siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan
pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa,
mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi
pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses
belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran
ekspositori.
1. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah
Ada beberapa kelebihan sebagai alasan mengapa ceramah sering
digunakan.
Ceramah merupakan metode yang 'murah' dan 'mudah' untuk
dilakukan.
a. Murah dalam arti proses ceramah
tidak memerlukan peralatan-peralatanyang lengkap, berbeda dengan metode yang
lain seperti demonstrasi atauperagaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya
mengandalkan suaraguru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang
rumit.
b. Ceramah dapat menyajikan materi
pelajaran yang luas. Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau
dijelaskan pokok-pokoknyaoleh guru dalam waktu yang singkat.
c. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok
materi yang perlu ditonjolkan.
Artinya, guru dapat mengatur
pokok-pokok materi yang mana yang perluditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
yang ingin dicapai.
d. Melalui ceramah, guru dapat
mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnyakelas merupakan tanggung jawab
guru yang memberikan ceramah.
e. Organisasi kelas dengan menggunakan
ceramah dapat diatur menjadi lebihsederhana. Ceramah tidak memerlukan setting
kelas yang beragam,atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit.
Asal siswa dapatmenempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah
sudahdapat dilakukan.
Di samping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki
beberapa kelemahan, di antaranya:
- Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbataspada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang palingdominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya,sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yangdikuasai guru.
- Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.
- Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran; pikirannya melayang ke mana-mana, atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik.
- Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberikesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya,semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.
2. Langkah-langkah Menggunakan Metode Ceramah
Ada tiga langkah pokok yang harus diperhatikan, yakni
persiapan, pelaksanaan dan kesimpulan. Langkah-langkah tersebut diantaranya
adalah:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah:
1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
2) Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan.
3) Mempersiapkan alat bantu.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini ada tiga langkah yang harus dilakukan:
1) Langkah Pembukaan.
Langkah pembukaan dalam metode
ceramah merupakan langkah yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah
sangat ditentukanoleh langkah ini.
2) Langkah Penyajian.
Tahap penyajian adalah tahap
penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur. Agar ceramah berkualitas
sebagai metode pembelajaran, maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap
terarahpada materi pembelajaran yang sedan g disampaikan.
3) Langkah Mengakhiri atau Menutup
Ceramah.
Ceramah harus ditutup dengan
ringkasan pokok-pokok matar agar materi pelajaran yang sudah dipahami dan
dikuasai siswa tidak terbang kembali. Ciptakanlah kegiatan-kegiatan yang
memungkinkan siswatetap mengingat materi pembelajaran. Perlu diperhatikan,
bahwa ceramahakan berhasil baik, bila didukung oleh metode-metode lainnya, misalnya
tanya jawab,tugas, latihan dan lain-lain.Metode ceramah itu wajar dilakukan
bila: (a) ingin mengajarkan topikbaru, (b) tidak ada sumber bahan pelajaran
pada siswa, (c) menghadapi sejumlahsiswa yang cukup banyak.
4
.DISKUSI
Metode diskusi adalah suatu cara
mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok
pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk
mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.
Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:
Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:
a.memanfaatkan
berbagai kemampuan yang ada pada siswa
b.memberi
kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan kemampuannya
c.mendapatkan
balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai
d.membantu
siswa belajar berpikir secara kritis
e.membantu
siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-teman
f.membantu
siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah sendiri maupun dari
pelajaran sekolah
g.mengembangkan
motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Adapun kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
- Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan.
- Guru menjelaskan tujuan diskusi.
- Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai materi pelajaran yang didiskusikan.
- Guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa serentak berbicara mengeluarkan pendapat.
- Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
- Mengatur giliran berbicara agar jangan siswa yang berani dan berambisi menonjolkan diri saja yang menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
- Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok/problem.
- Mencatat hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat yang salah.
- Selalu berusaha agar diskusi berlangsung antara siswa dengan siswa.
- Bukan lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi pengatur pembicaraan.
Kegiatan siswa dalam pelaksanaan
metode diskusi sebagai berikut:
a.Menelaah
topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu problem dan
topik kepada kelas.
b.Ikut
aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau sumber
pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang
diajukan.
c.Mengemukakan
pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah membicarakan
bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.
d.Mendengar
tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang baru
dikemukakan.
e.Mendengarkan
dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh siswa atau
kelompok lain.
f.Menghormati
pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat.
g.Mencatat
sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman baik setuju
maupun bertentangan.
h.Menyusun
kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat.
i.Ikut
menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.
j.Tidak
bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha mencari
pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala sudut pandang.
Adapun kelebihan metode diskusi sebagai berikut:
a.Mendidik
siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau pendapat.
b.Memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai
sumber data.
c.Memberi
kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem
bersama-sama.
d.Melatih
siswa untuk berdiskusi di bawah asuhan guru.
e.Merangsang
siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau menentang
pendapat teman-temannya.
f.Membina
suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan, atau
keputusan yang akan atau telah diambil.
g.Mengembangkan
rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang bervariasi atau mungkin
bertentangan sama sekali.
h.Membina
siswa untuk berpikir matang-matang sebelum berbicara.
i.Berdiskusi
bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan berbicara saja tetapi juga
menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis.
j.Dengan
mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh pembicara, pengetahuan dan
pandangan siswa mengenai suatu problem akan bertambah luas.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut:
a.Tidak
semua topik dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat
problematis saja yang dapat didiskusikan.
b.Diskusi
yang mendalam memerlukan banyak waktu.
c.Sulit
untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
d.Biasanya
tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan terbuang
karena menunggu siswa mengemukakan pendapat.
e.Pembicaraan
dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan telah biasa
berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk
berbicara.
f.Memungkinkan
timbulnya rasa permusuhan antarkelompok atau menganggap kelompoknya sendiri
lebih pandai dan serba tahu daripada kelompok lain atau menganggap kelompok
lain sebagai saingan, lebih rendah, remeh atau lebih bodoh
5.
PEMBERIAN TUGAS
Metode Pemberian Tugas - Dalam interaksi belajar mengajar,
metode-metode memegang peranan yang sangat penting. Metode dalam kegiatan
pengajaran sangat bervariasi, pemilihannya disesuaikan tujuan pengajaran yang
hendak dicapai. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
bila tidak dapat menguasai satu atau beberapa metode mengajar. Olehnya itu guna
pencapaian tujuan pengajaran, maka pemilihan metode dalam mengajar harus tepat.
Dengan demikian diharapkan kegiatan pengajaran dan berlangsung secara berdaya
guna dan bernilai guna.
Dalam proses mengajar, seorang pendidik tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode mengajar, akan tetapi harus menggunakan beberapa metode mengajar yang digunakan secara bervariasi agar pengajaran tidak membosankan. Sebaliknya dapat menarik perhatian siswa. Meski penggunaan metode bervariasi tidak akan menguntungkan proses interaksi belajar mengajar bila penggunaan metode tidak tepat dengan situasi pengajaran yang mendukungnya. Disinilah dituntut kompetensi guru dalam pemilihan metode pengajaran yang tepat. Oleh karena itu pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan, bila guru mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya.
Dalam
kajian pustaka ini, penulis akan membahas salah satu metode mengajar yang
sering digunakan oleh guru dalam proses interaksi belajar mengajar, yaitu
metode pemberian tugas. Metode pemberian tugas adalah metode yang
dimaksudkan memberikan tugas-tugas kepada siswa baik untuk di rumah atau yang
dikarenakan di sekolah dengan mempertanggung jawabkan kepada guru (Abdul Kadir
Munsyi Dip. Ad. Ed, tanpa tahun). Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa,
guru memberikan pekerjaan kepada siswa berupa soal-soal yang cukup banyak untuk
dijawab atau dikerjakan yang selanjutnya diperiksa oleh guru.
Dalam literatur yang dijelaskan bahwa pemberian tugas dapat diartikan pekerjaan rumah, tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pemberian tugas dan pekerjaan rumah, untuk pekerjaan rumah guru menyuruh siswa membaca buku kemudian memberi pertanyaan-pertanyaan di kelas, tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh siswa membaca dan menambahkan tugas (Roestiyah N.K, 1989).
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk guru secara langsung. Dengan metode ini siswa dapat mengenali fungsinya secara nyata. Tugas dapat diberikan kepada kelompok atau perorangan.
Penggunaan suatu metode dalam proses belajar mengajar, seorang guru sebaiknya tetap memonitoring keadaan siswa selama penerapan metode itu berlangsung. Apakah yang diberikan mendapat reaksi yang positif dari siswa atau sebaliknya justru tidak mendapatkan reaksi. Bila hal tersebut terjadi maka guru sedapat mungkin mencari alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode yang lain, yang sesuai dengan kondisi psikologi anak didik.
Semua guru harus menyadari bahwa semua metode mengajar yang ada, saling menyempurnakan antara yang satu dengan yang lainnya. Karena tidak ada satupun metode yang sempurna tetapi ada titik kelemahannya. Oleh karena itu penggunaan metode yang bervariasi dalam kegiatan mengajar akan lebih baik dari pada penggunaan satu metode mengajar. Namun penggunaan satu metode tidaklah salah selama apa yang dilakukan itu untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Metode pemberian tugas sebagai salah satu metode yang dikaji penulis dalam pembahasan ini tentunya juga memiliki kelemahan dan kelebihan seperti halnya dengan metode yang lain. Mengenai kelemahan dan kelebihan metode pemberian tugas adalah sebagai berikut :
Kelebihan
metode pemberian tugas :
- Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif.
- Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan, sebab dalam metode ini anak harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan.
- Memberi kebiasaan anak untuk belajar.
- Memberi tugas anak yang bersifat praktis (H. Zuhairini, 1977).
Dari
berbagai kelebihan-kelebihan yang telah dipaparkan di atas tentunya metode
pemberian tugas juga tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
1.
Seringkali tugas di rumah itu dikerjakan oleh orang lain,
sehingga anak tidak tahu menahu tentang pekerjaan itu, berarti tujuan
pengajaran tidak tercapai.
2.
Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan individual
anak dalam kemampuan dan minat belajar.
3.
Seringkali anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan baik,
cukup hanya menyalin pekerjaan temannya.
4.
Apabila tugas itu terlalu banyak, akan mengganggu
keseimbangan mental anak (H. Zuhairini, 1977).
Dengan
memahami kelebihan dan kelemahan metode pemikiran tugas di atas, tentunya akan
menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan. Sebaliknya
manakala guru tidak mengetahui kelebihan dan kekurangan satu metode mengajar.
Maka akan menemui kesulitan dalam memberikan bahan pelajaran kepada siswa. Ini
berarti guru tersebut gagal melaksanakan tugasnya mengajarnya di depan kelas.
Salah satu dampak yang sering kita lihat dari penggunaan metode yang tidak tepat yaitu ; anak atau siswa setelah diberi ulangan, sebagian besar tidak mampu untuk menjawab setiap item soal dengan baik dan benar. Akibatnya sudah dapat dipastikan bahwa prestasi belajar anak didik rendah. Di sisi lain, anak didik sering merasakan kebosanan. Situasi demikian menjadikan proses belajar mengajar menjadi kurang efektif dan kurang efisien.
5.
EKSPERIMEN
Metode eksperimen merupakan metode yang umum digunakan pada ilmu
eksak seperti biologi, fisika atau ilmu-ilmu alam lainnya..namun, yang perlu
diingat, dalam metode penelitian ilmu sosial dikenal juga metode eksperimen
untuk menjelaskan sebuah fenomena..
metode
eksperimen dilakukan dengan memberikan treatment (perlakuan) yang berbeda pada
setiap grup sampel..dengan adanya treatment yang berbeda, maka reaksi yang
terjadi akan berbeda..jadi inti dari metode eksperimen adalah “what if”= apa
yang terjadi apabila dilakukan perubahan pada setiap grup sampel…
berdasarkan
analogi dari jawaban yang sudah ada, thomas alfa edison melakukan treatment
yang berbeda-beda pada kondisi sampel yang ada. apabila ada satu kondisi,
kemudian ditambahkan ini, maka reaksinya ini..itulah kenapa terkadang metode
eksperimen justru menemukan sesuatu yang bukan tujuan eksperimen yang
ditetapkan..karena eksperimen memberikan reaksi yang beragam sehingga dapat
menjawab pertanyaan yang bukan pertanyaan eksperimennya..
inti dari semua
penjelasan di atas: metode eksperimen digunakan untuk menjawab sebuah hubungan
kausal (sebab akibat) dengan memberikan treatment pada sebuah kondisi…
MASSOFA.WORDPRESS.COM
METODE DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN
Demonstrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif dalam menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan seperti : Bagaimana cara membuatnya? Terdiri dari bahan apa ? Cara mana yang paling baik ? Bagaimana dapat diketahui kebenarannya ?
Dengan demonstrasi sebagai metode mengajar dimaksudkan bahwa seorang guru, orang luar yang sengaja rninta, atau siswa sekalipun memperlihatkan pada seluruh kelas suatu proses, misalnya bagaimana cara bekerjanya sebuah alat pencuci pakaian yang otomatis.
Dengan eksperimen dimaksudkan bahwa guru atau siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil proses itu. Dengan eksperimen kita bisa memperoleh jawaban tentang : Bagaimana kita tahu bahwa itu benar? Cara manakah yang merupakan cara terbaik ? Apakah yang akan terjadi ? Terjadi dari bahan apa ? Di dalam pelaksanaanya metode eksperimen dapat dirangkaikan dengan demonstrasi. Metode demonstrasi dan eksperimen wajar digunakan kalau siswa atau pengamat (observe) ingin mengetahui tentang :
/. Bagaimanakah proses pengaturannya?
Misalnya : a. Mengatur ruangan dalam penempatan alat-alaL hiasan dan Iain-lain untuk upacara adat. b. Dalam apel atau upacara militer bagai mana mengatur barisan agar tertib dan disiplin.
2. Bagaimana proses membuatnya ?
Misalnya mendemonstrasikan cara membuat reproduksi potret dari sebuah negatif. Dengan memperlihatkan proses atau langkah pertama akan lebih berarti daripada sekedar memberikan keterangan-keterangan lisan saja.
3. Bagaimana proses bekerjanya ?
Pada sebuah kursus montir mobil, guru menggunakan gambar-gambar bagaimana dari model dan dijelaskannya hubungan bagian alat yang saru dengan alat lainnya serta cara bagaimana bekerjanya mekanisme alat-alat itu. Kemudian alat sebenarnya diperlihatkan kepada murid, dan siswa diberikan kesempatan mengamat-amati alat-alat itu.
4. Bagaimana proses mengerjakannya atau menggunakannya?
Dalam latihan menggunakan senjata, instreuktor bermaksud mengajarkan cara menggunakan senjata. Siswa-siswa berkumpul dan melihat bagaimana instruktor men¬demonstrasikan penggunaan senjata, dengan melakukan berbagai tindakan pengamanan.
5. Terdiri dari apa ?
Untuk mengetahui sesuatu benda atau alat-alat yang terdiri dari beberapa bahan, lebih baik jika siswa meneliti dari beberapa bahan, lebih baik jika siswa meneliti bagian bagian atau bahan-bahan yang dijadikan bahan campuran itu. Misalnya siswa SKP dalam pelajaran memasak, atau calon-calon asisten farmasi dalam mengaiialisa sebuah obat.
6. Cara manakah yang lebih baik ?
Dalam latihan praktis loncat dari truk yang sedang berjalan instruktor mendemonstrasikan cara-cara yang baik dan yang buruk, misalnya melompat dalam posisi menghadap truk dan melompat membelakangi truk, atau para pelajar ingin mengetahui cara-cara penanaman jagung yang baik dengan mempergunakan dua cara perawatan.
7. Bagaimana kita mengetahui kebenarannya ?
Siswa SMP dalam pelajaran Ilmu Alam mengetahui bahwa udara terdiri atas + 25 % zat asam. Untuk membuktikan teori ini guru mengambil lilin, gelas dan piring yang berisi cair berwarna. Lilin dinyalakan pada piring yang berisi air kemudian ditutup oleh gelas; ternyata lilin padam dan air naik ke dalam gelas + 1/5 gelas. Dengan cara ini maka guru telah mendemonstrasikan sesuatu pembuktian akan kebenaran sesuatu prinsip dan cara ini juga akan mempertinggi minat dan perhatian siswa
Keuntungan Metode Demontrasi
Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal-hal yang penting dapat diamati seperlunya. Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan pada proses belajar dan tidak tertuju pada hal-hal lain.
1. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan jika dibandingkan dengan hanya membaca di dalam buku, karena siswa telah memperoleh gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.
2. Kalau siswa turut aktif bereksperimen, maka siswa akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan dari teman-teman dan gurunya.
3. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri siswa dapat dijawab pada waktu mengamati proses, demonstrasi/eksperimen.
Bagaimanakah guru dapat merencanakan demonstrasi
1. Merumuskan tujuan yang jelas dari sudut kecakapan yang diharapkan dapat dicapai atau dilaksanakan oleh siswa itu sendiri bahwa demontrasi itu berakhir.
a. Mempertimbangkan apakah metode itu wajar dipergunakan dan merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang telah diinginkan
b. Apakah alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa di dapat dengan mudah, dan apakah alat-alat itu sudah dicoba terlebih dahulu supaya pada waktu dilakukan demonstrasi tidak gagal.
c. Apakah jumlah siswa memung1-inkan diadakan demonstra si dengan jelas ?
2. Menetapkan garis langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum didemonstrasikan dilakukan, oleh guru sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya.
3. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan. Apakah tersedia waktu untuk memberikar. kesempatan siswa memajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi. Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk merangsang observasi.
4. Selama demonstrasi berlangsung kita bertanya pada diri sendiri apakah
a. Keterangan-keterangan itu dapat didengar dengan jelas oleh siswa.
b. Alat itu telah ditempatkan pada posisi yang baik. sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas.
c. Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya dengan waktu secukupnya.
5. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Seringkali perlu terlebih dahulu diadakan diskusi-diskusi dan siswa mencoba lagi demonstrasi dan eksperimen agar memperoleh kecakapan yang lebih baik
Beberapa keuntungan dan batas-batas metode Eksperimen
1. Siswa dapat aktif mengambil bagian berbuat untuk dirinya sendiri. Murid tidak hanya melihat seseorang menyelesaikan sesuatu eksperimen tetapi juga dengan berbuat ia memperoleh kepandaian-kepandaian yang diperlukan.
2. Siswa mendapat kesempatan *yang sebesar-besarnya untuk melaksanakan langkah langakah dalam cara-cara berpikir ilmiah. Ramalan-ramalan atau hipotesis-hipotesis dapat diuji kebenarannya dengan mengumpulkan data-data hasil observasi, kemudian menafsirkannya dan terakhir siswa membuat kesimpulan-keimpulan dari hasil observasi tersebut
Fase pemberian tugas yang wajar
1. Tujuan yang jelas
Agar hasil belajar siswa memuaskan, guru perlu merumuskan tujuan yang jelas yang hendaknya dicapai oleh siswa. Sifat tujuan-tujuna itu adalah sebagai berikut:
a. Merangsang agar siswa berusaha lebih baik memupuk inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
b. Membawa kegiatan-kegiatan sekolah yang berharga kepada minat siswa yang masih terluang. Waktu-waktu luang bagi siswa agar dapat digunakan lebih konstruktif.
c. Memperkaya pengalaman-pengalaman sekolah dengan memulai kegiatan-kegiatan di luar kelas.
d. Memperkuat hasil belajar di sekolah dengan menyelenggarakan latihan-latihan yang perlu, integrasi dan penggunaanya.
2. Petunjuk-petunjuk yang jelas.
Tugas yang harus dilakukan oleh siswa perlu jelas. Ini berarti bahwa guru, dalam memberikan tugas, harus menjelaskan aspek-aspek yang perlu dipelajari oleh para siswa, agar para siswa tidak merasa bingung apa yang harus mereka pelajari dan segi-segi mana yang harus dipentingkan. Jika aspek-aspek yang diperhatikan sudah jelas, maka perhatian siswa pada waktu belajar akan dipusatkan pada aspek-aspek yang dipentingkan itu.
Keuntungan Metode ini
• Pengetahuan yang belajar diperoleh dari hasil belajar, hasil eksperimen atau menyelidiki yang banyak berhubungan dengan minat mereka dan yang mereka rasakan berguna untuk hidup mereka dan ini akan lebih lama dapat diingat.
• Siswa berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri
Kelemahannya
• Seringkali siswa melakukan penipuan, siswa hanya meniru atau menyalin hasil pekerjaan dari orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar. Adakalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan
• Kalau tugas terlalu sering diberikan, terlebih jika tugas-tugas itu sukar dilaksanakan oleh siswa, ketenangan mental mereka dapat terpengaruh.
• Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
Tahap belajar
Dalam tahap belajar, guru belajar (melaksanakan tugas) sesuai dengan tujuan dan petunjuk-petunjuk dari guru. Tahap resitasi adalah tahap siswa mempertanggungjawabkan hasil belajarnya. Bentuk-bentuk resitasi harus disesuaikan dengan tujuan pemberian tugas
METODE DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN
Demonstrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif dalam menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan seperti : Bagaimana cara membuatnya? Terdiri dari bahan apa ? Cara mana yang paling baik ? Bagaimana dapat diketahui kebenarannya ?
Dengan demonstrasi sebagai metode mengajar dimaksudkan bahwa seorang guru, orang luar yang sengaja rninta, atau siswa sekalipun memperlihatkan pada seluruh kelas suatu proses, misalnya bagaimana cara bekerjanya sebuah alat pencuci pakaian yang otomatis.
Dengan eksperimen dimaksudkan bahwa guru atau siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil proses itu. Dengan eksperimen kita bisa memperoleh jawaban tentang : Bagaimana kita tahu bahwa itu benar? Cara manakah yang merupakan cara terbaik ? Apakah yang akan terjadi ? Terjadi dari bahan apa ? Di dalam pelaksanaanya metode eksperimen dapat dirangkaikan dengan demonstrasi. Metode demonstrasi dan eksperimen wajar digunakan kalau siswa atau pengamat (observe) ingin mengetahui tentang :
/. Bagaimanakah proses pengaturannya?
Misalnya : a. Mengatur ruangan dalam penempatan alat-alaL hiasan dan Iain-lain untuk upacara adat. b. Dalam apel atau upacara militer bagai mana mengatur barisan agar tertib dan disiplin.
2. Bagaimana proses membuatnya ?
Misalnya mendemonstrasikan cara membuat reproduksi potret dari sebuah negatif. Dengan memperlihatkan proses atau langkah pertama akan lebih berarti daripada sekedar memberikan keterangan-keterangan lisan saja.
3. Bagaimana proses bekerjanya ?
Pada sebuah kursus montir mobil, guru menggunakan gambar-gambar bagaimana dari model dan dijelaskannya hubungan bagian alat yang saru dengan alat lainnya serta cara bagaimana bekerjanya mekanisme alat-alat itu. Kemudian alat sebenarnya diperlihatkan kepada murid, dan siswa diberikan kesempatan mengamat-amati alat-alat itu.
4. Bagaimana proses mengerjakannya atau menggunakannya?
Dalam latihan menggunakan senjata, instreuktor bermaksud mengajarkan cara menggunakan senjata. Siswa-siswa berkumpul dan melihat bagaimana instruktor men¬demonstrasikan penggunaan senjata, dengan melakukan berbagai tindakan pengamanan.
5. Terdiri dari apa ?
Untuk mengetahui sesuatu benda atau alat-alat yang terdiri dari beberapa bahan, lebih baik jika siswa meneliti dari beberapa bahan, lebih baik jika siswa meneliti bagian bagian atau bahan-bahan yang dijadikan bahan campuran itu. Misalnya siswa SKP dalam pelajaran memasak, atau calon-calon asisten farmasi dalam mengaiialisa sebuah obat.
6. Cara manakah yang lebih baik ?
Dalam latihan praktis loncat dari truk yang sedang berjalan instruktor mendemonstrasikan cara-cara yang baik dan yang buruk, misalnya melompat dalam posisi menghadap truk dan melompat membelakangi truk, atau para pelajar ingin mengetahui cara-cara penanaman jagung yang baik dengan mempergunakan dua cara perawatan.
7. Bagaimana kita mengetahui kebenarannya ?
Siswa SMP dalam pelajaran Ilmu Alam mengetahui bahwa udara terdiri atas + 25 % zat asam. Untuk membuktikan teori ini guru mengambil lilin, gelas dan piring yang berisi cair berwarna. Lilin dinyalakan pada piring yang berisi air kemudian ditutup oleh gelas; ternyata lilin padam dan air naik ke dalam gelas + 1/5 gelas. Dengan cara ini maka guru telah mendemonstrasikan sesuatu pembuktian akan kebenaran sesuatu prinsip dan cara ini juga akan mempertinggi minat dan perhatian siswa
Keuntungan Metode Demontrasi
Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal-hal yang penting dapat diamati seperlunya. Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan pada proses belajar dan tidak tertuju pada hal-hal lain.
1. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan jika dibandingkan dengan hanya membaca di dalam buku, karena siswa telah memperoleh gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.
2. Kalau siswa turut aktif bereksperimen, maka siswa akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan dari teman-teman dan gurunya.
3. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri siswa dapat dijawab pada waktu mengamati proses, demonstrasi/eksperimen.
Bagaimanakah guru dapat merencanakan demonstrasi
1. Merumuskan tujuan yang jelas dari sudut kecakapan yang diharapkan dapat dicapai atau dilaksanakan oleh siswa itu sendiri bahwa demontrasi itu berakhir.
a. Mempertimbangkan apakah metode itu wajar dipergunakan dan merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang telah diinginkan
b. Apakah alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa di dapat dengan mudah, dan apakah alat-alat itu sudah dicoba terlebih dahulu supaya pada waktu dilakukan demonstrasi tidak gagal.
c. Apakah jumlah siswa memung1-inkan diadakan demonstra si dengan jelas ?
2. Menetapkan garis langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum didemonstrasikan dilakukan, oleh guru sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya.
3. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan. Apakah tersedia waktu untuk memberikar. kesempatan siswa memajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi. Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk merangsang observasi.
4. Selama demonstrasi berlangsung kita bertanya pada diri sendiri apakah
a. Keterangan-keterangan itu dapat didengar dengan jelas oleh siswa.
b. Alat itu telah ditempatkan pada posisi yang baik. sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas.
c. Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya dengan waktu secukupnya.
5. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Seringkali perlu terlebih dahulu diadakan diskusi-diskusi dan siswa mencoba lagi demonstrasi dan eksperimen agar memperoleh kecakapan yang lebih baik
Beberapa keuntungan dan batas-batas metode Eksperimen
1. Siswa dapat aktif mengambil bagian berbuat untuk dirinya sendiri. Murid tidak hanya melihat seseorang menyelesaikan sesuatu eksperimen tetapi juga dengan berbuat ia memperoleh kepandaian-kepandaian yang diperlukan.
2. Siswa mendapat kesempatan *yang sebesar-besarnya untuk melaksanakan langkah langakah dalam cara-cara berpikir ilmiah. Ramalan-ramalan atau hipotesis-hipotesis dapat diuji kebenarannya dengan mengumpulkan data-data hasil observasi, kemudian menafsirkannya dan terakhir siswa membuat kesimpulan-keimpulan dari hasil observasi tersebut
Fase pemberian tugas yang wajar
1. Tujuan yang jelas
Agar hasil belajar siswa memuaskan, guru perlu merumuskan tujuan yang jelas yang hendaknya dicapai oleh siswa. Sifat tujuan-tujuna itu adalah sebagai berikut:
a. Merangsang agar siswa berusaha lebih baik memupuk inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
b. Membawa kegiatan-kegiatan sekolah yang berharga kepada minat siswa yang masih terluang. Waktu-waktu luang bagi siswa agar dapat digunakan lebih konstruktif.
c. Memperkaya pengalaman-pengalaman sekolah dengan memulai kegiatan-kegiatan di luar kelas.
d. Memperkuat hasil belajar di sekolah dengan menyelenggarakan latihan-latihan yang perlu, integrasi dan penggunaanya.
2. Petunjuk-petunjuk yang jelas.
Tugas yang harus dilakukan oleh siswa perlu jelas. Ini berarti bahwa guru, dalam memberikan tugas, harus menjelaskan aspek-aspek yang perlu dipelajari oleh para siswa, agar para siswa tidak merasa bingung apa yang harus mereka pelajari dan segi-segi mana yang harus dipentingkan. Jika aspek-aspek yang diperhatikan sudah jelas, maka perhatian siswa pada waktu belajar akan dipusatkan pada aspek-aspek yang dipentingkan itu.
Keuntungan Metode ini
• Pengetahuan yang belajar diperoleh dari hasil belajar, hasil eksperimen atau menyelidiki yang banyak berhubungan dengan minat mereka dan yang mereka rasakan berguna untuk hidup mereka dan ini akan lebih lama dapat diingat.
• Siswa berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri
Kelemahannya
• Seringkali siswa melakukan penipuan, siswa hanya meniru atau menyalin hasil pekerjaan dari orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar. Adakalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan
• Kalau tugas terlalu sering diberikan, terlebih jika tugas-tugas itu sukar dilaksanakan oleh siswa, ketenangan mental mereka dapat terpengaruh.
• Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
Tahap belajar
Dalam tahap belajar, guru belajar (melaksanakan tugas) sesuai dengan tujuan dan petunjuk-petunjuk dari guru. Tahap resitasi adalah tahap siswa mempertanggungjawabkan hasil belajarnya. Bentuk-bentuk resitasi harus disesuaikan dengan tujuan pemberian tugas
6.
DEMONSTRASI
Demonstrasi
merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari
jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode
demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu,
baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian,
demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun
dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi
demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi
pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi
pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
A.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:
- Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
- Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
- Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Di samping
beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan,
di antarannya:
- Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.
- Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
- Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
B.
Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
- Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir.
- Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.
- Lakukan uji coba demonstrasi.
b. Tahap
Pelaksanaan
- Langkah pembukaan.Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya: a).Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan. b) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa. c)Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
- Langkah pelaksanaan demonstrasi. a) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaanpertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi. b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan. c) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa. d) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
- Langkah mengakhiri demonstrasi. Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutny
7.
TUTORIAL
Tutorial
(tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik oleh
tutor kepada mahasiswa (tutee) untuk membantu kelancaran proses belajar madiri
mahasiswa secara perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi ajar.
Tutorial dilaksanakan secara tatap muka atau jarak jauh berdasarkan konsep
belajar mandiri.
Konsep belajar mandiri dalam tutorial mengandung pengertian, bahwa tutorial merupakan bantuan belajar dalam upaya memicu dan memacu kemandirian, disiplin, dan inisiatif diri mahasiswa dalam belajar dengan minimalisasi intervensi dari pihak pembelajar/tutor. Prinsip pokok tutorial adalah “kemandirian mahasiswa” (student’s independency). Tutorial tidak ada, jika kemandirian tidak ada. Jika mahasiswa tidak belajar di rumah, dan datang ke tutorial dengan ‘kepala kosong’, maka yang terjadi adalah “perkuliahan” biasa, bukan tutorial. Dengan demikian, secara konseptual tutorial perlu dibedakan secara tegas dengan “kuliah” (lecturing) yang umum berlaku di perguruan tinggi tatap muka, di mana peran dosen sangat besar.
Konsep belajar mandiri dalam tutorial mengandung pengertian, bahwa tutorial merupakan bantuan belajar dalam upaya memicu dan memacu kemandirian, disiplin, dan inisiatif diri mahasiswa dalam belajar dengan minimalisasi intervensi dari pihak pembelajar/tutor. Prinsip pokok tutorial adalah “kemandirian mahasiswa” (student’s independency). Tutorial tidak ada, jika kemandirian tidak ada. Jika mahasiswa tidak belajar di rumah, dan datang ke tutorial dengan ‘kepala kosong’, maka yang terjadi adalah “perkuliahan” biasa, bukan tutorial. Dengan demikian, secara konseptual tutorial perlu dibedakan secara tegas dengan “kuliah” (lecturing) yang umum berlaku di perguruan tinggi tatap muka, di mana peran dosen sangat besar.
Peran utama
tutor dalam tutorial adalah: (1) “pemicu” dan “pemacu” kemandirian belajar
mahasiswa, berpikir dan berdiskusi; dan (2) “pembimbing, fasilitator, dan
mediator” mahasiswa dalam membangun pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan
akademik dan profesional secara mandiri, dan/atau dalam menghadapi atau
memecahkan masalah-masalah dalam belajar mandirinya; memberikan bimbingan dan
panduan agar mahasiswa secara mandiri memahami materi mata kuliah; memberikan
umpan balik kepada mahasiswa secara tatap muka atau melalui alat komunikasi;
memberikan dukungan dan bimbingan, termasuk memotivasi dan membantu mahasiswa
mengembangkan keterampilan belajarnya.
Agar tutorial
tidak terjebak dalam situasi perkuliahan biasa, terbina hubungan bersetara,
mampu memainkan peran-peran di atas, dan tutorial berjalan efektif, tutor perlu
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berfungsi untuk: (1) membangkitkan minat
mahasiswa terhadap materi yang sedang dibahas, (2) menguji pemahaman mahasiswa
terhadap materi pelajaran, (3) memancing mahasiswa agar berpartisipasi aktif
dalam kegiatan tutorial, (4) mendiagnosis kelemahan-kelemahan mahasiswa, dan
(5) menuntun mahasiswa untuk dapat menjawab masalah yang sedang dihadapi
(Hyman, dalam Suroso, 1992). Tutor juga menstimulasi mahasiswa untk terlibat aktif
dalam pembahasan: (1) masalah yang ditemukan mahasiswa dalam mempelajari modul;
(2) kompetensi atau konsep esensial matakuliah; (3) persoalan yang terkait
dengan unjuk kerja (praktik/praktikum) mahasiswa di dalam/di luar kelas
tutorial; dan (4) masalah yang berkaitan dengan profesi keguruan yang ditemukan
ketika mahasiswa menjalankan tugas sehari-hari sebagai guru.
Untuk mendukung
pelaksanaan peran dan fungsi-fungsi di atas, tutor perlu menguasai secara
trampil sejumlah keterampilan dasar tutorial, yakni: (1) membuka dan menutup
tutorial; (2) bertanya lanjut; (3) memberi penguatan; (4) mengadakan variasi;
(5) menjelaskan; (6) memimpin diskusi kelompok kecil; (7) mengelola kelas; dan
(8) mengajar kelompok kecil dan perorangan. Kedelapan jenis keterampilan dasar
tutorial ini pada dasarnya sama dengan keterampilan dasar mengajar, yang
diadaptasi dari perangkat “Sydney Micro Skills” yang dikembangkan oleh Sydney
University tahun 1973.
B.
Prinsip-prinsip Tutorial
Beberapa prinsip dasar tutorial yang sebaiknya dipahami oleh tutor agar penyelenggaraan tutorial yang efektif, dan tidak terjebak pada situasi perkuliahan biasa, adalah:
1. interaksi tutor-tutee sebaiknya berlangsung pada tingkat metakognitif, yaitu tingkatan berpikir yang menekankan pada pembentukan keterampilan “learning how to learn” atau “think how to think” (mengapa demikian, bagaimana hal itu bisa terjadi, dsb).
2. tutor harus membimbing tutee dengan teliti dalam keseluruhan langkah proses belajar yang dijalani oleh tutee.
3. tutor harus mampu mendorong tutee sampai pada taraf pengertian (understanding = C2) yang mendalam sehingga mampu menghasilkan pengetahuan (create = C6) yang tahan lama.
4. tutor seyogianya menghindarkan diri dari pemberian informasi semata (transfer of knowledge/information), dan menantang tutee untuk menggali informasi/pengetahuan sendiri dari berbagai sumber belajar dan pengalaman lapangan.
5. tutor sebaiknya menghindarkan diri dari upaya memberikan pendapat terhadap kebenaran dan kualitas komentar atau sumbang pikiran (brainstroming) tutee.
6. tutor harus mampu menumbuhkan diskusi, komentar dan kritik antartutee, sehingga dapat meningkatkan kemampuan intelektual, psikomotorik, sikap demokrasi, kerjasama, dan interaksi antartutee.
7. segala kuputusan dalam tutorial sebaiknya diambil melalui proses dinamika kelompok di mana setiap tutee dalam kelompok memberikan sumbang pikirannya.
8. tutor sebaiknya menghindari pola interaksi tutor-tutee, dan mengembangkan pola interaksi tutee-tutee.
9. tutor perlu melakukan pelacakan lebih jauh (probing) terhadap setiap kebenaran jawaban atau pendapat tutee, untuk lebih meyakinkan tutee atas kebenaran jawaban atau pendapat yang dikemukakan tutee. (Anda yakin demikian, mengapa, apa alasannya?).
10. tutor seyogianya mampu membuat variasi stimulasi/rangsangan untuk belajar, sehingga tutee tidak merasa bosan, jenuh, dan/atau putus asa.
11. tutor selayaknya memantau kualitas kemajuan belajar tutee dengan mengarahkan kajian sampai pada taraf pengertian yang mendalam (indepth understanding).
12. tutur perlu menyadari kemungkinan munculnya potensi masalah interpersonal dalam kelompok, dengan segera melakukan intervensi skala kecil untuk memelihara efektivitas proses kerja dan dinamika kelompok. tutor perlu senantiasa bekerjasama (power with) dengan tutee, dan selalu bertanggungjawab atas proses belajar dalam kelompok. Akan tetapi, sewaktu-waktu tutor juga harus lepas tangan (power off) bila proses belajar tutee telah berjalan dengan baik.
Beberapa prinsip dasar tutorial yang sebaiknya dipahami oleh tutor agar penyelenggaraan tutorial yang efektif, dan tidak terjebak pada situasi perkuliahan biasa, adalah:
1. interaksi tutor-tutee sebaiknya berlangsung pada tingkat metakognitif, yaitu tingkatan berpikir yang menekankan pada pembentukan keterampilan “learning how to learn” atau “think how to think” (mengapa demikian, bagaimana hal itu bisa terjadi, dsb).
2. tutor harus membimbing tutee dengan teliti dalam keseluruhan langkah proses belajar yang dijalani oleh tutee.
3. tutor harus mampu mendorong tutee sampai pada taraf pengertian (understanding = C2) yang mendalam sehingga mampu menghasilkan pengetahuan (create = C6) yang tahan lama.
4. tutor seyogianya menghindarkan diri dari pemberian informasi semata (transfer of knowledge/information), dan menantang tutee untuk menggali informasi/pengetahuan sendiri dari berbagai sumber belajar dan pengalaman lapangan.
5. tutor sebaiknya menghindarkan diri dari upaya memberikan pendapat terhadap kebenaran dan kualitas komentar atau sumbang pikiran (brainstroming) tutee.
6. tutor harus mampu menumbuhkan diskusi, komentar dan kritik antartutee, sehingga dapat meningkatkan kemampuan intelektual, psikomotorik, sikap demokrasi, kerjasama, dan interaksi antartutee.
7. segala kuputusan dalam tutorial sebaiknya diambil melalui proses dinamika kelompok di mana setiap tutee dalam kelompok memberikan sumbang pikirannya.
8. tutor sebaiknya menghindari pola interaksi tutor-tutee, dan mengembangkan pola interaksi tutee-tutee.
9. tutor perlu melakukan pelacakan lebih jauh (probing) terhadap setiap kebenaran jawaban atau pendapat tutee, untuk lebih meyakinkan tutee atas kebenaran jawaban atau pendapat yang dikemukakan tutee. (Anda yakin demikian, mengapa, apa alasannya?).
10. tutor seyogianya mampu membuat variasi stimulasi/rangsangan untuk belajar, sehingga tutee tidak merasa bosan, jenuh, dan/atau putus asa.
11. tutor selayaknya memantau kualitas kemajuan belajar tutee dengan mengarahkan kajian sampai pada taraf pengertian yang mendalam (indepth understanding).
12. tutur perlu menyadari kemungkinan munculnya potensi masalah interpersonal dalam kelompok, dengan segera melakukan intervensi skala kecil untuk memelihara efektivitas proses kerja dan dinamika kelompok. tutor perlu senantiasa bekerjasama (power with) dengan tutee, dan selalu bertanggungjawab atas proses belajar dalam kelompok. Akan tetapi, sewaktu-waktu tutor juga harus lepas tangan (power off) bila proses belajar tutee telah berjalan dengan baik.
C. Model-model
Tutorial
Model tutorial adalah suatu analog konseptual tentang tutorial yang digunakan untuk menyarankan bagaimana sebuah proses tutorial selayaknya dilakukan. Model tutorial juga dapat diartikan sebagai sebuah struktur konseptual tentang tutorial yang dapat membantu memberikan bimbingan atau arahan kepada tutor di dalam mengelola dan mengembangkan aktivitas tutorial, agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif. Sebuah model tutorial, dikembangkan atas dasar pertimbangan-pertimbangan filosofis, psikologis, sosial, kultural tentang hakikat tutee, tutor, materi, dsb.
Model tutorial adalah suatu analog konseptual tentang tutorial yang digunakan untuk menyarankan bagaimana sebuah proses tutorial selayaknya dilakukan. Model tutorial juga dapat diartikan sebagai sebuah struktur konseptual tentang tutorial yang dapat membantu memberikan bimbingan atau arahan kepada tutor di dalam mengelola dan mengembangkan aktivitas tutorial, agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif. Sebuah model tutorial, dikembangkan atas dasar pertimbangan-pertimbangan filosofis, psikologis, sosial, kultural tentang hakikat tutee, tutor, materi, dsb.
Pada dasarnya,
terdapat ragam model tutorial yang dikenal dalam kepustakaan tutorial. Beberapa
model tutorial yang bisa digunakan oleh para tutor secara terampil untuk
keperluan tutorial di Universitas Terbuka di antaranya model-model tutorial
tersebut sengaja dikembangkan dalam rangka Program Akreditasi Tutor UT
(PAT-UT), yakni: (1) PAT-UT I, (2) PAT-UT II, dan (3) PAT-UT III. Selain itu
para tutor juga dapat menggunakan model-model tutorial yang aktif-kreatif
inovatif yang banyak berkembang dan digunakan dalam pembelajaran di Indonesia
seperti: Cooperative Learning, Jigsaw I dan II, Konstruktivisme, Pemecahan
Masalah/Studi Kasus, Model Kreatif & Produktif, Latihan Keterampilan,
Simulasi & Bermain Peran, atau Model Pembelajaran Orang Dewasa.
D. Modus
Tutorial
Ada empat modus
tutorial, yakni: tutorial tatap muka (TTM); tutorial tertulis (tutis) lewat
surat-menyurat/krespondensi; tutorial elektorik (tutel) lewat televisi, radio,
media massa, dan internet; dan tutorial online (tuton) lewat internet. Bagi
mahasiswa PENDAS ada dua modus tutorial yang disediakan, yaitu (1) Tutorial
Tatap muka (TTM), meliputi Tutorial Tatap Muka Wajib (TTM) dan Tutorial Tatap
Muka Atas Dasar Permintaan Mahasiswa (TTM-ATPEM).dan (2) tutorial online
(tuton) lewat internet.
Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutur merupakan kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6 siswa pada setiap kelas di bawah bimbingan guru mata pelajaran dengan menggunakan tutor sebaya. Tutur sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik.
Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutur merupakan kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6 siswa pada setiap kelas di bawah bimbingan guru mata pelajaran dengan menggunakan tutor sebaya. Tutur sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik.
E
Langkah-langkah
Untuk
menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk
menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota
kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan. Ketua
kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh siswa. Misalnya, jika di suatu
kelas terdapat 46 siswa, berarti ada 9 kelompok dengan catatan ada satu
kelompok yang terdiri atas 6 siswa. Sebelum diskusi kelompok terbentuk, siswa
perlu mengajukan calon tutor. Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria: (1)
memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas; (2) mampu
menjalin kerja sama dengan sesama siswa; (3) memiliki motivasi tinggi untuk
meraih prestasi akademis yang baik; (4) memiliki sikap toleransi dan tenggang
rasa dengan sesama; (5) memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok
diskusinya sebagai yang terbaik; (6) bersikap rendah hati, pemberani, dan
bertanggung jawab; dan (7) suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.
Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: (1) memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari; (2) mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis; (3) menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai; (4) menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan insidental untuk memecahkan masalah yang dihadapi; (4) melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap materi yang dipelajari.
Peran guru dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.
Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: (1) memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari; (2) mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis; (3) menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai; (4) menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan insidental untuk memecahkan masalah yang dihadapi; (4) melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap materi yang dipelajari.
Peran guru dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.
Model-Model Pembelajaran
Metode debat merupakan
salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan
akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra.
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat
orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua
orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang
ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan
kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat
mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi
tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.
Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah
suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa
dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang
diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa
dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam
bekerjasama.
- Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
- Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
- Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
- Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode
pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu
masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan
sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun
keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
- Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
- Berpikir dan bertindak kreatif.
- Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
- Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
- Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
- Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
- Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan
metode problem solving sebagai berikut:
- Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
- Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem
Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi
siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi
penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
- Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
- Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
- Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
- Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
- Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
- Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
- Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
- Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
- Membutuhkan banyak waktu dan dana.
- Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini
Cooperative Script
Skrip
kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara
lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
- Guru membagi siswa untuk berpasangan.
- Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
- Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
- Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
- Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
- Kesimpulan guru.
- Penutup.
Kelebihan:
- Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
- Setiap siswa mendapat peran.
- Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
- Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
- Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).
Picture and Picture
Picture
and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan
/ diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:Memakan
banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.
Numbered Heads Together
Numbered
Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor
kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari
siswa.
Langkah-langkah:
Langkah-langkah:
- Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
- Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
- Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
- Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
- Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
- Kesimpulan.
Kelebihan:
- Setiap siswa menjadi siap semua.
- Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
- Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
- Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
- Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode
investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan
paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini
melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara
untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan
proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode
investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian
kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat
terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari,
mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih,
kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara
keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi
kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.
Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b.
Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c.
Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d.
Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e.
Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f.
Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Metode Jigsaw
Pada
dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok
belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota
bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan
guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang
bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang
terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa
ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan
menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan
subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa
tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam
subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada
temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh
siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi
yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus
menguasai topik secara keseluruhan.
Metode Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran
kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif
yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1.
Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2.
Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3.
Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4.
Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5.
Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa
dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota
lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
Langkah-langkah:
- Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
- Guru menyajikan pelajaran.
- Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
- Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
- Memberi evaluasi.
- Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
Model Examples Non Examples
Examples
Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh.
Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
Langkah-langkah:
- Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
- Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
- Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.
- Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
- Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
- Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
- KKesimpulan.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
Model Lesson Study
Lesson
Study adalah suatu metode yang dikembankan di Jepang yang dalam bahasa
Jepangnyadisebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh
Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru
bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap
pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam
kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana
pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat
rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti
tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam
kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana
pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam
kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan
pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini
merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5)
selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan
seterusnya kembali ke (2).
Adapun kelebihan metode lesson study
sebagai berikut:
- Dapat diterapkan di
setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada
setiap tingkatan kelas.
- Dapat dilaksanakan
antar/ lintas sekolah.
No Response to "Metode Pembelajaran"
Posting Komentar